Meskipun kita berbeda, yang penting niat kita tetap
sama
Pengalaman ini berawal dari info yang di share teman
di grup, tentang pencarian relawan untuk mengajar di SDN Serut di Daerah Gunung
Kidul. Terlebih lagi di info tersebut ada pertanyaan : “anda merasa tertantang?”,
wah nantangin banget nih...heheee, tanpa pikir panjang aku langsung daftarkan
diri. Aku memang sangat menyukai anak-anak dan sangat menikmati kegiatan
mengajar dan bermain bersama anak-anak, sampai terkadang aku selalu berpikir
aku salah jurusan, tapi yo wis, dijalani aja, jurusan apapun tetap bisa ngajar
kok (malah curcol), hihii.
Awalnya aku gak yakin akan diterima sebagai relawan, karena
udah beberapa kali ikut mendaftar kegiatan volunteer serupa, selalu saja
ditolak, mulai dari TNT 1000 guru jogja, 1000 guru cilacap, dan Jogja menyala.
Entah dimana salahku, sehingga aku gak pernah memenuhi kriteria sebagai seorang
volunteer. Tapi penolakan tersebut gak pernah menyurutkan semangatku untuk
tetap mendaftar di kegiatan serupa. Ketika aku dinyatakan tergabung ke dalam
tim relawan SDN Serut ini, aku sangat bahagia, Alhamdulillah, akhirnya terpilih
juga, hehee.
Perasaan menarik yang kurasakan ketika mengikuti pembekalan
pada tanggal 19 Maret 2016. Ketika masuk ruangan pembekalan, aku mulai
berkenalan dengan beberapa teman baru calon relawan Serut. Sepanjang kenalan,
ternyata mereka mahasiswa UNY. Nyali ku sedikit menciut, dan perasaan ragu
mulai menyelimutiku, “jangan-jangan ini kegiatannya memang untuk mahasiswa UNY
saja ya?, berarti aku salah tempat, hanya aku sendiri yang dari UGM”. Aku baca
lagi info perekrutan relawan, disana memang tidak disebutkan persyaratan
menjadi relawan adalah Mahasiswa UNY. Yap, aku teguh kembali, yaa memang di
pengumuman tidak disyaratkan begitu kok, ya gak masalah, harus tetap pede
(menyemangati diri). Untuk menyakinkan
diri, ku bertanya kepada teman yang menshare info tersebut, untuk memastikan
kalau aku memang tidak salah tempat, hihii. Sampai akhirnya aku berkenalan
dengan seorang gadis, bernama dita, yang dari UGM juga, semakin meneguhkan diriku.
Ketika perkenalan, aku memang menjadi sangat asing diantara
yang lainnya. Calon relawan lainnya berasal dari UNY dan berlatar belakang
pendidikan semua. Dita yang sama denganku berasal dari UGM juga pernah menjadi
mahasiswa UNY ketika S1, dan salah satu panitia adalah temannya, membuatnya menjadi
tidak canggung dengan keadaan tersebut, sedangkan aku, yang berasal dari UGM
dan tidak berlatar pendidikan sedikit pun dan juga tidak mempunyai teman yang
ikut sebagai peserta maupun panitia menjadi sangat aneh berada disana. Tapi ya
sudah, yang penting niatnya adalah menjadi relawan, berkali-kali aku berupaya
meyakinkan diri menjalani niat tersebut.
Pada kegiatan pembekalan kami mengatur dan merencanakan
kegiatan yang akan dilaksanakan
nantinya. Kami dibagi dalam 6 kelompok, mulai dari kelas 1 sampai kelas
6 SD. Masing-masing kelompok terdiri dari 2-3 orang relawan, yang menjadi
penanggungjawab msing-masing kelas. Dalam pembagian ini, aku satu tim dengan
mas Rio dan diberi tanggung jawab mengajar di kelas 1 SD. Dalam pikiran ku,
Alhamdulillah dapat kelas 1 SD, masih unyu-unyu semua dan gak kritis, hehee.
Aku dan mas Rio merencakan akan membuat pohon impian yang nantinya pohon
tersebut akan ditempelkan impian-impian (cita-cita) anak-anak tersebut. selain
pohon impian, kami juga merencanakan membuat games dengan menggunakan Koran.
Setelah perencanaan dan persiapan yang cukup matang,
meskipun hanya diskusi via whatsapp saja, waktu yang ditunggu pun datang. Yap,
tanggal 26 Maret 2016, kami berkumpul di parkiran pascasarjana UNY. Pukul 9.00
WIB kami berangkat ke TKP. Disini aku merasa asing kembali, karena semua
peserta menggunakan jas almamater UNY, aku sendiri yang tidak, Dita yang juga
dari UGM, memakai jas yang warnanya senada dengan yang lain, aku selalu beda
sendiri, hehee, yah memang harus nyandang Pede tingkat tinggi untuk kegiatan
hari itu.
Sampai di lokasi, kami mulai dengan kegiatan awal, yaitu
membagi-bagikan makanan bergizi ke murid-murid SDN Serut. Menurut info dari
guru SD, murid kelas 1 dan 2 biasa pulang jam 10.30 WIB, dan guru tersebut
mengingatkan kami para relawan, agar jadwal pulang mereka tidak berubah, harus
tetap seperti biasa, karena orang tua mereka selalu menjemput anak-anaknya
tepat waktu. Ini merupakan tantangan bagi saya dan teman relawan penanggung
jawab kelas 1 dan 2, karena ketika diingatkan hal itu, waktu sudah menunjukkan
pukul 10.00 WIB, yaa kami hanya punya waktu 30 menit untuk mengeksekusi semua
rencana.
Kegiatan di kelas kami mulai dengan games Koran, dimana kami
telah menyiapkan Koran-koran. Disini kami menantang murid-murid untuk membuat
bangunan kokoh dari koran setinggi dan sekokoh mungkin yang tidak roboh
diterjang badai, jiaaah lebay. Murid-murid dibagi dalam 5 kelompok, dan masing-
masing terdiri dari 3 orang. Awalnya mereka bingung dengan instruksi kami,
mereka sibuk memperhatikan barang-barang yang kami bawa dan melihat kakak-kakak
panitia yang datang silih berganti mengabadikan kegiatan tersebut (gagal fokus).
Setelah dicontohkan barulah mereka paham, dan mengikuti instruksi dari saya dan
mas Rio. Ekspresi dan upaya mereka sangat beragam ketika harus menumpuk koran-koran
menjadi bangunan kokoh, lucu kalau diingat, hehe. Setelah selesai kami memilih
kelompok yang berhasil membuat bangunan tertinggi dan terkokoh, dan kemudian
masuklah ke kegiatan inti, yaitu pohon impian.
Disini kami meminta adik-adik
menuliskan impian/cita-cita mereka di selembar kertas berkarakter dan nantinya
kertas tersebut digantung di pohon impian. Mereka sangat bersemangat dan
antusias ketika disuruh untuk menggantung sendiri cita-cita mereka di pohon.
Ketika membaca impian mereka satu per satu, ada yang ingin jadi dokter, guru,
pilot, dan cita-cita lain yang sangat umum ditulis oleh anak-anak seusia
mereka. Ada satu kertas yang menarik bagiku. Kertas yang ditulis oleh seorang
anak yang bernama Dani. Di kertas tersebut tertulis Nama : Dani, Supir Truk. Membaca
itu, aku langsung memanggil nama Dani, aku memastikan cita-cita yang dia tulis.
Ternyata memang benar dia punya impian menjadi supir truk, sontak dalam hati
aku bertanya kenapa supir truk, kenapa bukan yang lain, disaat anak-anak lain
bercita-cita menjadi sosok-sosok hebat, tapi dia memilih menjadi supir truk,
ketika ditarnya mengapa, Dani hanya tersenyum dan berpikir. Belum sempat ia
memberikan jawaban, kakak panitia datang dan memberi tahu waktu kami telah
habis, dan saatnya untuk berfoto bersama. Yaaah, sampai saat ini akupun masih
penasaran dengan jawaban Dani, pasti dia punya alasan mengapa ingin menjadi
supir truk, bisa jadi ayahnya adalah seorang supir truk atau mungkin dia sangat
senang naik truk, hehe, mencoba mereka-reka. Apapun impian kalian, gapailah
adiak-adikku, dokter, guru, pilot, maupun supir truk, selagi itu halal dan
bermanfaat bagi orang lain, itu adalah profesi mulia. Semoga impian kalian
semua tercapai, itulah harapan kami, sang relawan.
Kegiatan ini sangat berkesan bagiku, sangat menyenangkan,
selain bisa bermain bersama anak-anak, aku juga mendapat teman-teman baru, berkunjung
ke daerah baru, pengalaman baru dan pelajaran baru. Dari semua itu aku hanya
bisa mengucap syukur, Alhamdulillahirabbil’alamin selalu diberikan kesempatan
untuk bisa menjadi bermanfaat bagi sesama. Semoga di kegiatan berikutnya bisa
berkontribusi lagi. Sukses untuk kegiatan Bakti Desa KMP UNY, meskipun aku
berbeda, tapi niat kita sama, ingin bermanfaat bagi sesama, dan niat itulah
yang mempertemukan kita.
Berbeda, why not?? hihiii
Salam berbagi :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar